Thursday, November 29, 2012

Hakikat Fenomenologi Ilmu Pendidikan

Hakekat Fenomenologi

Fenomenologi (Inggris: Phenomenology) berasal dari bahasa Yunani phainomenon dan logos. Phainomenon berarti tampak dan phainen berarti memperlihatkan. Sedangkan logos berarti kata, ucapan, rasio, pertimbangan. Dengan demikian, fenomenologi secara umum dapat diartikan sebagai kajian terhadap fenomena atau apa-apa yang nampak. Lorens Bagus memberikan dua pengertian terhadap fenomenologi. Dalam arti luas, fenomenologi berarti ilmu tentang gejala-gejala atau apa saja yang tampak. Dalam arti sempit, ilmu tentang gejala-gejala yang menampakkan diri pada kesadaran kita.
Sebagai sebuah arah baru dalam filsafat, fenomenologi dimulai oleh Edmund Husserl (1859 – 1938), untuk mematok suatu dasar yang tak dapat dibantah, ia memakai apa yang disebutnya metode fenomenologis. Ia kemudian dikenal sebagai tokoh besar dalam mengembangkan fenomenologi. Namun istilah fenomenologi itu sendiri sudah ada sebelum Husserl. Istilah fenomenologi secara filosofis pertama kali dipakai oleh J.H. Lambert (1764). Dia memasukkan dalam kebenaran (alethiologia), ajaran mengenai gejala (fenomenologia). Maksudnya adalah menemukan sebab-sebab subjektif dan objektif ciri-ciri bayangan objek pengalaman inderawi (fenomen).
Immanuel Kant memakai istilah fenomenologi dalam karyanya Prinsip-Prinsip Pertama Metafisika (1786). Maksud Kant adalah untuk menjelaskan kaitan antara konsep fisik gerakan dan kategori modalitas, dengan mempelajari ciri-ciri dalam relasi umum dan representasi, yakni fenomena indera-indera lahiriah.
Hegel (1807) memperluas pengertian fenomenologi dengan merumuskannya sebagai ilmu mengenai pengalaman kesadaran, yakni suatu pemaparan dialektis perjalanan kesadaran kodrati menuju kepada pengetahuan yang sebenarnya. Fenomenologi menunjukkan proses menjadi ilmu pengetahuan pada umumnya dan kemampuan mengetahui sebagai perjalanan jiwa lewat bentuk-bentuk atau gambaran kesadaran yang bertahap untuk sampai kepada pengetahuan mutlak. Bagi Hegel, fenomena tidak lain merupakan penampakkan atau kegejalaan dari pengetahuan inderawi: fenomena-fenomena merupakan manifestasi konkret dan historis dari perkembangan pikiran manusia.
Edmund Husserl memahami fenomenologi sebagai suatu analisis deskriptif serta introspektif mengenai kedalaman dari semua bentuk kesadaran dan pengalaman-pengalaman langsung; religius, moral, estetis, konseptual, serta indrawi. Perhatian filsafat, menurutnya, hendaknya difokuskan pada penyelidikan tentang Labenswelt (dunia kehidupan) atau Erlebnisse (kehidupan subjektif dan batiniah). Penyelidikan ini hendaknya menekankan watak intensional kesadaran, dan tanpa mengandaikan praduga-praduga konseptual dari ilmu-ilmu empiris.
Dari segi fenomenologis dapat dilihat bahwa :
1. Manusia sejak dilahirkan itu merdeka, artinya manusia memiliki kebebasan untuk menentukan sediri pilihannya. Ia bebas bertingkah laku sesuai dengan kemampuannya. Ia juga dapat mengemukakan pendapat, kemauan dan perasaannya kepada orang lain tanpa paksaan. Ia juga punya kebebasan untuk mengembangkan potensinya semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang ada padanya. Untuk itu pendidik perlu menyediakan kondisi dan situasi dan situasi dimana anak dapat menutarakan pikiran, kemauan, dan perasaannya dengan jelas dan terbuka serta membimbing dan mengarahkan kearah pencapaian kepribadian yang utuh.
2. Kelahiran manusia dibatasi dengan kodrat yang telah ditentukan tuhan, artinya tiap manusia mempunyai keterbatasan kodrati, apakah ia laki laki maupun perempuan. Dalam hubungannya degan sifat kodrat manusia tidak bisa memilih.
3. Manusia pada hakekatnya perlu bantuan orang lain. Ia tidak berdaya untuk hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Untuk itu manusia selalu berusaha mengadakan kontak dengan lingkungan sekitar. Sejak kelahirannya anak memerlukan bantuan ibunya untuk dapat bertahan hidup.selanjutnya dalam perkembangannya ia butuh bantuan orang lain untuk dapat tumbuh kembang baik secara fisik maupun mental sampai akhirnya dapat mencapai kemandirian baik jasmani maupun rohani.
4. Berbeda dengan hewan perkembangan manusia itu memerlukan waktu yang panjang. Hewan hanya berkembang dan bertugas mempertahankan hidup, sedangkan manusia bukan hanya sekedar mempertahan kan hidup tetapi juga mempunyai tugas untuk meningkatkan kualitas hidupnya baik jasmani maupun rohani. Dalam perkembangannya ia harus dapat menemukan kehidupannya untuk dapat mencapai kehidupan yang lebih baik dan sejahtera.

No comments:

Post a Comment